Rabu, 08 April 2009

Model Pembelajaran PQ4R

MODEL PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR ELABORASI METODE PQ4R
Oleh : Muhammad Ali


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran Sains-Biologi di SMP selama ini mengacu pada pendekatan pembelajaran keterampilan proses, yang didasarkan pada Anonim (1995a; b; c). Namun pelaksanaannya belum maksimal, yang dapat dilihat dari keterampilan siswa yang masih kurang dalam menerapkan metode ilmiah untuk mempelajari konsep-konsep biologi. Pada dua tahun terakhir, siswa kelas III SMP menunjukkan prestasi belajar pada pokok bahasan kelangsungan hidup organisme yang masih di bawah standar rata-rata, yakni kurang dari nilai 6,0.
Persoalan utama yang masih sering dihadapi saat ini adalah guru kurang kreatif menemukan inovas-inovasi baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Guru masih kurang memperhatikan karakteristik setiap pokok bahasan dalam menerapkan model-model pembelajaran kontekstual, terutama pokok bahasan yang bersifat pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pokok bahasan kelangsungan hidup organisme merupakan pokok bahasan yang bersifat pengetahuan deklaratif dan prosedural. Untuk itu perlu adanya inovasi pengajaran berupa penggunaan model-model pengajaran yang sesuai dengan ciri khas pokok bahasan tersebut.
Salah satu model pembelajaran kontekstual yang mengajarkan bagaimana siswa belajar dengan benar terutama pada pengetahuan yang bersifat deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah melalui model pembelajaran strategi-strategi belajar (Learning Strategy), dan jenis yang sering digunakan adalah metode PQ4R (Preview, Question, Read, Recite, Reflection, Review) (Indana, 2003).
B. Ruang Lingkup Permasalahan
Rendahnya prestasi siswa dalam penguasaan konsep pada pokok bahasan kelangsungan hidup organisme merupakan masalah yang mendesak untuk dipecahkan. Pendekatan dan metode mengajar guru yang kurang inovatif terutama dalam menerapkan model-model pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural diidentifikasi sebagai penyebab utama. Salah satu model pembelajaran kontekstual yang mengajarkan bagaimana siswa belajar dengan baik pada pengetahuan yang sifatnya prosedural dan deklaratif adalah strategi-stratesi belajar elaborasi metode PQ4R. Berdasarkan karakteristik pokok bahasan kelangsungan hidup organisme maka, dapat diidentifikasi penyebabnya antara ain:
1. Guru mengajarkan pokok bahasan kelangsungan hidup organisme tidak inovatif dan masih menggunakan pendekatan konvensional dengan mengandalkan metode ceramah dan diskusi yang tidak terbimbing.
2. Siswa belum diajari bagaimana teknik dan strategi belajar yang efektif dan efisien dalam mempelajari pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
3. Siswa mudah lupa pada materi-materi yang bersifat abstrak sehingga prestasinya belum memuaskan.
4. Keterampilan proses siswa seperti mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, dan menginterpretasikan data masih sangat rendah.
Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan sekitar pengajaran pokok bahasan kelangsungan hidup organisme begitu kompleks maka, masalah yang diajukan dalam perumusan model pembelajaran ini adalah: ”Apakah dengan penerapan model pembelajaran strategi-strategi belajar PQ4R dapat meningkatkan prestasi belajar dalam penguasaan konsep pokok bahasan kelangsungan hidup organisme pada mata pelajaran biologi SMP?”
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penggunaan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan penguasaan konsep pada pokok bahasan kelangsungan hidup organisme.
b. Untuk meningkatkan keteramplan proses siswa dalam mengikuti pelajaran berupa keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan, melakukan prediksi, menginterpretasi data, mengkomunikasikan, dan merumuskan kesimpulan.
c. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran baik secara individu maupun secara kelompok.
2. Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut maka, penggunaan model pembelajaran ini akan memberi manfaat sebagai berikut:
a. Guru dalam melaksanakan pembelajaran akan memiliki arah yang jelas dalam membimbing kegiatan siswa secara bertahap.
b. Siswa akan memahami teknik dan cara yang belajar yang tepat dalam menguasai konsep-konsep tertentu dan memiliki keterampilan-keterampilan yang nanti berguna bagi dirinya.
c. Penguasaan konsep-konsep penting akan cepat dapat tercapai sesuai tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual merupakan salah satu macam dari pembelajaran kontruktivisme yang mengajarkan tentang sifat dasar bagaimana manusia belajar. Kata kunci kontruktivisme adalah to contruct. Oleh karena itu pada pembejaran kontekstual para pebelajar seharusnya sungguh-sungguh membangun makna dalam sudut pandang pembelajaran bermakna bukan sekedar hapalan atau tiruan (Corebima, 2003; Ibrahim, 2003a).
Pola pembelajaran kontekstual sangatlah berbeda dengan pembelajaran konvensional yang selama ini kita kenal yang lebih menyandarkan kepada hapalan dan informasi ditentukan oleh guru serta penilaiannya hanya melalui kegiatan akademik. Menurut U. S. Departmen of Education and the National School-to-Work Office dalam Nur (2001) pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten materi ajar dengan situasi-situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya ke dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Lebih lanjut Nur (2001), pembelajaran kontekstual merupakan pengajaran yang memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang diasumsikan. Untuk memecahkan masalah-masalah akademik seorang guru perlu memotivasi siswanya dengan cara menghubungkan konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan kehidupan nyata yang dialami siswa sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman menjadi relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup (Corebima, 2003). Jelaslah bahwa penerapan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif, bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya.
Dalam mempelajari sains, khususnya mata pelajaran biologi pengajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual tidaklah sulit untuk diterapkan, karena konsep-konsep biologi banyak berhubungan dengan dunia keseharian siswa.
Menurut C-Star University of Washington (Anonim, 2002a; Sulistiyono, 2003) ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yaitu: (1) modeling, (2) learning community, (3) questioning, (4) inquiry, (5) constructivism, (6) assessment authentic, dan (7) reflection. Dari tujuh prinsip pembelajaran kontekstual tersebut, inkuiri dapat mencakup beberapa prinsip lainnya, misalnya learning community, questioning, contructivism dalam penerapannya melalui keterampilan proses sains.
2. Keterampilan-keterampilan Proses Sains
Menurut Ibrahim (2003d) dan Anonim (tanpa tahun) bahwa keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inkuiri ilmiah. Keterampilan-keterampilan proses tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, penggunaan bilangan, penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian secara operasional, dan perumusan model.
Dari keterampilan-keterampilan proses di atas yang ada hubungannya dengan penelitian ini, adalah: Pengkomunikasian; mengatakan apa yang diketahui dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, dan grafik. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai. Anonim (1999) melaporkan, pada umumnya guru kurang terlatih melakukan praktik pengajaran yang mengarah pada segi keterampilan proses.
Agar proses pembelajaran kontekstual dapat lebih efektif kaitannya dengan pembelajaran siswa, guru diharuskan merencanakan, mengimplementasikan, merefleksikan, dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk keperluan itu, guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: (1) mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa, (2) memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui pengkajian secara seksama, (3) mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual, (4) merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka, (5) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari, dan (6) melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaannya (Corebima, 2003).
3. Strategi-strategi Belajar
Menurut Puspitasari (2003) bahwa strategi-strategi belajar merupakan pengajaran yang mengajarkan siswa bagaimana belajar, mengingat, berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa, keberhasilan siswa dalam belajar sebagian besar bergantung pada kepandaian mereka belajar secara mandiri sekaligus memonitor hasil belajarnya (Corebima, 2003).
Strategi-strategi belajar juga dikenal sebagai strategi kognitif, karena strategi tersebut lebih dekat pada hasil belajar kognitif daripada tujuan belajar perilaku. Oleh sebab itu strategi-strategi belajar dalam penerapannya pada siswa memiliki tujuan untuk membentuk siswa sebagai pebelajar mandiri (Puspitasari, 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa, pebelajar mandiri memiliki ciri mampu melakukan empat hal yaitu; (1) mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu secara cermat, (2) menentukan dan memilih strategi-strategi belajar tertentu untuk masalah atau topik belajar tertentu, (3) memonitor dan mengevaluasi keefektifan strategi tersebut, dan (4) memotivasi diri sendiri untuk terlibat dalam suatu proses pembelajaran sampai masalah terselesaikan.
Jenis-jenis Strategi Belajar
Ada empat jenis strategi-strategi belajar, yaitu strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi organisasi, dan strategi metakognitif. Secara khusus akan diulas mengenai strategi elaborasi (Puspitasari, 2003).
Lebih lanjut Puspitasari (2003) menjelaskan bahwa strategi-strategi elaborasi adalah suatu strategi pembelajaran yang membantu siswa dalam proses pengembangan makna informasi baru dengan penambahan rincian dan penemuan hubungan-hubungan. Strategi elaborasi terdiri dari analogi, catatan matriks, dan PQ4R. Strategi elaborasi yang telah lama dikenal adalah metode PQ4R. Metode ini digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P singkatan dari Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya), Read (membaca), Reflect (refleksi), Recite (tanya jawab sendiri), Review (mengulang secara menyeluruh). Langkah-langkah penerapan PQ4R mengikuti urutan nama-nama tersebut, yaitu: (1) Preview adalah tugas membaca dengan cepat dengan memperhatikan judul-judul dan topik utama, baca tujuan umum dan rangkuman, dan rumuskan isi bacaan tersebut membahas tentang apa, (2) Question adalah mendalami topik dan judul utama dengan mangajukan pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan di dalam bacaan tersebut, kemudian mencoba menjawabnya sendiri, (3) Read adalah tugas membaca bahan bacaan secara cermat, dengan mengecek jawaban yang diajukan pada langkah kedua, (4) Reflect adalah melakukan refleksi sambil membaca dengan cara menciptakan gambaran visual dari bacaan dan mengubungkan informasi baru di dalam bacaan tentang apa yang telah diketahui, (5) Recite adalah melakukan resitasi dengan menjawab dengan suara keras pertanyaan yang ajukan tanpa membuka buku, dan (6) Review adalah langkah untuk mengulang kembali seluruh bacaan, baca ulang bila perlu, dan sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Berdasarkan dari kajian tersebut, maka model pembelajaran strategi elaborasi metode PQ4R memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan antara lain.
1. Keunggulan
a. Sangat tepat digunakan untuk pengajaran pengetahuan yang bersifat deklaratif berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk menghapal konsep-konsep pelajaran.
c. Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
d. Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya.
e. Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas.
2. Kelemahan
a. Tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan.
b. Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah.
c. Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa yang telalu besar karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan pertanyaan.
B. Kajian Empirik
Telah banyak dilakukan penelitian tentang model pembelajaran strategi elaborasi metode PQ4R, dan ternyata metode ini terbukti efektif dalam membantu siswa menghafalkan informasi dari bacaan (Nur, 2000:35). Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui. Mempelajari judul-judul dan topik-topik utama membantu siswa sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut, sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Resitasi informasi dasar, khususnya bla disertai dengan beberapa bentuk elaborasi, kemungkinan sekali akan memperkaya pengkodean.
III. DESAIN MODEL PEMBELAJARAN
1. Tahap Persiapan
a. Pada tahap persiapan pelaksanaan model pembelajaran strategi elaborasi metode PQ4R diawali dengan pemilihan materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristik model. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk pengetahuan yang bersifat deklaratif.
b. Persiapkan sarana pendukung proses belajar mengajar seperti buku siswa, lembar kerja siswa, dan jurnal siswa.
c. Buatlah tatanan siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif yang bersifat heterogen.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran strategi elaborasi metode PQ4R adalah sebagai berikut:
Langkah 1 Preview



Langkah 2 Question



Langkah 3 Read



Langkah 4 Reflection



Langkah 5 Recite




Langkah 6 Review
Siswa membaca secara cepat judul-judul dan topik-topik utama, baca tujuan umum (overview) dan rangkuman, dan ramalkan bacaan tersebut akan membahas tentang apa.
Siswa mendalami topik-topik dan judul-judul utama dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan di dalam bacaan tersebut.
Siswa membaca ulang bahan tersebut dengan cara menggaris bawahi atau menemukan ide-ide utama kemudian mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Siswa melakukan refleksi sambil membaca. Kemudian membuat gambaran visual dari bacaan. Siswa mencoba untuk menghubungkan informasi baru di dalam bacaan degan apa yang telah diketahui.
Setelah membaca siswa melakukan resitasi dengan menjawab suara keras pertanyaan yang diajukan tanpa membuka buku. Hafalkan daftar atau fakta-fakta penting lain yang terdapat dalam bacaan dengan suara keras atau pelan
Siswa mengulangi kembali seluruh bacaan, baca ulang bila perlu, dan sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan menyusun rangkuman hasil bacaannya.
3. Tahap Penilaian
Proses penilaian dalam model pembelajaran strategi elaborasi metode PQ4R ini adalah penilaian berbasis kelas yang terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran yang terdiri dari beberapa tegihan seperti; kuis, pengamatan, dan fortofolio. Penilaian pengamatan dilaksanakan oleh siswa dan guru sedangkan penilaian fortofolio dilaksanakan oleh guru berdasarkan hasil karya siswa berupa tugas kelompok atau tugas individu. Penilaian hasil dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis pada akhir pelajaran bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar yang disyaratkan oleh kurikulum.
IV. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Materi Pelajaran (Buku Siswa)
Reproduksi dari satu Induk
(Perkembangbiakan Aseksual)
Pernakah kamu melihat rumput muncul dipermukaan tanah yang berasal dari sisa organ tubuh yang ada di dalam tanah pada awal musim hujan? Ataukah pernakah kamu memperhatikan kentang atau wortel yang disimpan lama akan muncul mata tunas.
Jika kamu menjawab ”ya” terhadap pertanyan di atas, berarti kamu telah melihat bukti perkembangbiakan aseksual. Pada setiap kejadian tersebut, makhluk hidup baru dibentuk dari salah satu induk tunggal, dengan tidak ada kombinasi baru materi genetik. Rumput, pisang, kentang, dan wortel memiliki bahan genetik yang sama (identik) dengan materi genetik induknya.
Reproduksi dimana makhluk hidup baru terbentu dari satu induk disebut perkembangbiakan aseksual (reproduksi vegetatif). Di dalam perkembangbiakan aseksual, semua materi genetik pada makhluk hidup baru diperoleh dari satu induk. Dalam hal ini, ADN (Asam Dioksiribo Nukleat) pada mata tunas pisang, kentang, dan wortel sama dengan ADN yang terdapat pada induk pisang, kentang, dan wortel mula-mula, sehingga sifat-sifat makhluk hidup baru sama dengan sifat induknya.
Perkembangbiakan dengan Pembelahan (Membelah Diri)
Bagaimana sel membelah
Tahukah bahwa kamu telah tumbuh dari bayi sampai ukuranmu dewasa sekarang? Ini disebabkan karena kebanyakan sel yang menyusun tubuh makhluk hidup membentuk sel baru dengan cara pembelahan menjadi dua yang disebut dengan pembelahan mitosis. Semua makhluk hidup disusun oleh sel, dan semua sel berasal dari sel sebelumnya. Seperti halnya perkembanganmu dari bayi, anak-anak, sampai dewasa seperti sekarang, kamu tumbuh karena selmu selalu membelah. Sebelum sebuah sel membelah menjadi dua, semua informasi genetika (penentu sifat) yang terdapat di dalam ADN digandakan terlebih dahulu.
Fase pembelahan sel secara mitosis terdiri dari:
Fase 1 (Interfase) kromosm di dalam inti digandakan
Fase 2 (Profase) kromosom tampak selubung inti mulai hilang
Fase 3 (Metafase) kromosom berpasangan di equator selubung inti sudah tidak ada
Fase 4 (Anafase) pasangan kromosom memisah dan menuju ke kutub berlawanan
Fase 5 (Telofase) sel membelah selubung inti muncul kembali
Selain permbelahan secara mitosis, terdapat juga pembelahan jenis lain, yaitu pembelahan meiosis. Pembelahan sel secara meiosis terjadi pada saat pembentukan sel kelamin. Di dalam pembelahan secara meiosis, terjadi dua kali pembelahan inti, yaitu meiosis I dan meiosis II. Fase-fase pada pembelahan, sama dengan nama fase pada pembelahan mitosis.
Fase-fase pembelahan secara meiosis
Meiosis I terdiri dari:
Profase I benang-benang kromosom mengadakan penggandaan (duplikasi) dan benang-benang spinsel muncul. Membran inti dan nukleolus (anak inti) hilang.
Metafase I pasangan kromosom mengatur diri pada bagian tengah sel. Sentrpmer terdapat di kedua kutub sel tempat melekatnya benang-benang spindel.
Anafase I setiap pasangan kromosom memisah, masing-masing menuju ke kutub yang berlawanan.
Telofase I sitoplasma membelah menjadi dua sel yang terpisah, kromsom tetap dalam keadaan benang ganda.
Meiosis II terdiri dari:
Profase II, kromosom benang ganda muncul kembali dalam masing-masing sel baru.
Metafase II, kromosom benang ganda bergerak menuju ke tengah sel, sentromer muncul.
Anafase II, sentromer membelah menjadi dua pada setiap sel dan masing-masing benang dari pasangan kromosom bergerak ke kutub yang berlawanan.
Telofase II, benang-benang spindel lenyap dan selaput inti terbentuk di sekitar kromosom pada setiap sel.
Setiap inti mengandung hanya separuh dari jumlah kromosom inti sel yang asli atau induknya. Sebagai contoh, sebuah sel mula-mula memiliki 46 kromosom, pada saat mulai meiosis I membelah untuk menghasilkan sel dengan masing-masing memiliki 23 kromosom pada akhir meiosis II.
Pembentukan Tunas
Cara perkembangbiakan aseksual lainnya adalah pembentukan tunas. Banyak makhluk hidup lainnya seperti jamur merang, tumbuhan seperti pisang, dan juga beberapa jenis hewan lainnya seperti Hydra memiliki cara perkembangbiakan aseksual dengan pembentukan tunas. Pada saat Hydra berkembangbiak secara aseksual, seekor individu baru akan berkembang dari induk melalui proses yang disebut pembentukan tunas (budding). Selain Hydra hewan lain yang berkembangbiak dengan pembentukan tunas adalah ubur-ubur dan koral.
Spora
Tahukah kamu bahwa jamur, tumbuhan lumut, dan tumbuhan paku berkembangbiak secara aseksual dengan spora. Di dalam spora terdapat ADN dan sedikit sitoplasma, spora yang jatuh pada tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Pada tumbuhan paku, spora berasal dari sel yang berubah fungsinya menjadi alat perkembangbiaan. Inti sel tersebut berubah menjadi beberapa inti yang masing-masing menjadi spora. Spora hanya terdapat di sebelah bawah daun yang fertil, yaitu daun yang subur. Daun yang tidak menghasilkan spora disebut daun steril. Spora yang jatuh di tempat yang lembab akan tumbuh menjadi protonema dan selanjutnya menjadi tumbuhan paku.
Pada hewan tertentu, misalnya lebah dan rayap, sel telur dapat tumbuh menjadi hewan utuh tanpa dibuahi. Peristiwa tersebut dinamakan partenogenesis. Ratu lebah dapat mengeluarkan telur yang telah dibuahi dan belum dibuahi secara bersama-sama. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi hewan betina (pekerja). Telur yang tidak dibuahi akan menjadi hewan jantan (raja) yang disebut drone.
2. Skenario/Rencana Pelaksanaan Pelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN
Sekolah
Kelas/Semester
Mata pelajaran
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar

Indikator










Alokasi Waktu
:
:
:
:
:

:










:
SMP Negeri 2 Kendari
IX (Sembilan)/Ganjil
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan perkembangbiakan
· Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya dengan kelangsungan hidup
· Memprediksikan punahnya beberapa jenis makhluk hidup akibat seleksi alam hubungannya dengan kemampuan yang dimiliki
· Mendeskripsikan hubungan interspesifik (antar populasi) dengan seleksi alam
· Menjelaskan peran perkembangbiakan bagi kelangsungan hidup
· Mendiskripsikan cara perkembangbiakan pada tumbuhan dan hewan
4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Pertemuan Pertama
1. menjelaskan bagaimana sel membelah
2. menjelaskan manfaat perkembangbiakan bagi mahluk hidup
3. membandingkan contoh-contoh perkembangbiakan aseksual yang berbeda.
4. memberikan contoh masing-masing cara perkembangbiakan aseksual.
Pertemuan Kedua
5. mengidentifikasi ciri-ciri perkembangbiakan generatif
6. menjelaskan keuntungan perkembangbiakan generatif.
7. menjelaskan dengan contoh cara-cara perkembangbiakan generatif pada mahluk hidup.
8. membandingkan perkembangbiakan vegetatif dengan generatif.
9. mengidentifikasi langkah-langkah perkembangbiakan generatif.
B. Materi Pembelajaran
· Perkembangbiakan aseksual pada tumbuhan
· Perkembangbiakan seksual pada tumbuhan
C. Metode Pembelajaran
· Strategi belajar elaborasi dengan metode PQ4R.
· Model pembelajaran kooperatif
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan Pertama
1. Pendahuluan (20 menit)
· Guru memperlihatkan tanaman utuh dan beberapa organ tumbuhan seperti biji batang, dan daun pada siswa, kemudian meminta siswa untuk memperhatikannya.
· Guru meminta siswa mengingat kembali bagian tumbuhan seperti akar, batang, daun, bunga, dan sebagainya.
· Guru menanyakan kepada siswa, apa yang harus dilakukan oleh tumbuhan dan mahluk hidup lainnya agar tetap hidup.
· Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara garis besar.
2. Kegiatan Inti (100 menit)
· Dengan mengacu pada strategi belajar tipe elaborasi dengan metode PQ4R, guru melaksanakan preview dengan menugaskan siswa untuk membaca secara singkat materi tentang perkembangbiakan aseksual pada makhluk hidup.
· Setelah membaca buku, siswa ditugaskan untuk menyusun pertanyaan tentang apa yang belum diketahui dari hasil bacaannya. Topik-topik yang ditanyakan siswa, jawabannya dapat ditemukan dalam bacaan tersebut.
· Siswa duduk dalam kelompok 4 sampai 5 orang kemudian siswa bekerja sama menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menemukan ide pokok pada setiap paragraf.
· Melakukan refleksi dengan mempresentasikan hasil kerja kelompok kemudian kelompok lainnya menanggapi.
· Guru melakukan resitasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang telah disusun siswa kemudian siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan suara keras.
· Guru melakukan refiew dengan menugaskan kembali siswa untuk mengulang bacaannya dan menyusun kesimpulan pelajarannya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
3. Penutup (15 menit)
· Guru mengajukan umpan balik untuk mengetahui pemahaman siswa dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan butir-butir soal ulangan harian.
· Melaksanakan penilaian kelas berupa penilaian fortopolio dan jurnal kelas.
· Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.
Pertemuan Kedua
1. Pendahuluan (15 menit)
· Guru mengingatkan kembali kepada siswa tentang perkembangbiakan vegetatif yang telah dipelajarinya melalui tanya jawab.
· Guru menunjukkan pada siswa telur ayam seraya mengajukan pertanyaan. Apa kegunaan telur bagi ayam, dan apakah mereka pernah menyaksikan dalam kehidupannya, telur berkembang menjadi apa? Demikian pula halnya dengan kegunaan bunga pada tumbuhan. Diskusi diarahkan kepada perkembangbiakan generatif atau seksual.
· Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti (100 menit)
· Dengan mengacu pada strategi belajar tipe elaborasi dengan metode PQ4R, guru melaksanakan preview dengan menugaskan siswa untuk membaca secara singkat materi tentang perkembangbiakan seksual pada makhluk hidup.
· Setelah membaca buku, siswa ditugaskan untuk menyusun pertanyaan tentang apa yang belum diketahui dari hasil bacaannya. Topik-topik yang ditanyakan siswa, jawabannya dapat ditemukan dalam bacaan tersebut.
· Siswa duduk dalam kelompok 4 sampai 5 orang kemudian siswa bekerja dengan cara menukarkan pertanyaan yang mereka susun dengan siswa lainnya dalam kelompok. Kemudian mereka mendidkusikan jawaban pertanyaan tersebut.
· Melakukan refleksi dengan mempresentasikan hasil kerja kelompok kemudian kelompok lainnya menanggapi. Pertanyaan tiap kelompok dipajang dalam ruang kelas.
· Siswa melakukan resitasi dengan merangkum seluruh pertanyaan dan jawaban yang diajukan setiap kelompok. Guru menugaskan seorang siswa pada setiap kelompok untuk membacakan hasil rangkumannya.
· Guru melakukan refiew dengan menugaskan kembali siswa untuk mengulang bacaannya dan menyusun kesimpulan pelajarannya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
3. Penutup (20 menit)
· Siswa kemudian ditugaskan membaca LKS-01. siswa membuat daftar alat dan bahan yang diperlukan untuk mengerjakan LKS tersebut, untuk dibawah pada pertemuan berikutnya.
· Melaksanakan penilaian kelas berupa ulangan harian (kuis) dan jurnal siswa.
· Berdoa sebelum mengakhiri pelajaran

E. Sumber Pembelajaran
· Buku Siswa
· Buku lain yang relevan
· Lup, Selotip, tumbuhan utuh
· Bagian tumbuhan (seperti biji, batang, daun dll)
· Berbagai macam bunga
F. Penilaian
Penilaian formatif (ulangan Harian)
1. Sebutkan dua ciri perkembangbiakan aseksual!
2. Sebutkan 4 cara perkembangbiakan aseksual pada makhluk hidup!
3. Sebutkan urutan pembelahan sel secara mitosis!
4. Sebutkan tiga ciri umum pembelahan sel secara meiosis!

V. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran strategi belajar elaborasi metode PQ4R dapat peningkatan prestasi belajar siswa SMP pokok bahasan kelangsungan hidup organisme.
2. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi elaborasi metode PQ4R menjadi lebih meningkat.
3. Aktivitas siswa dalam kelompok pada pembelajaran dengan strategi elaborasi metode PQ4R akan lebih baik jika jawaban siswa atau hasil kerja kelompok dipertukarkan dengan hasil kerja kelompok lainnya.
4. Keberhasilan siswa dalam menerapkan strategi-strategi belajar metode PQ4R sangat dipengaruhi oleh kreativitas guru dalam membimbing dan menfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru mata pelajaran biologi di SMP hendaknya melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan strategi-strategi belajar yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasannya.
2. Agar lebih efektif pelaksanaan pembelajaran dengan strategi elaborasi metode PQ4R, hendaknya rasio ketersediaan buku siswa berbanding 1 : 1.
3. Pembelajaran dengan menggunakan strategi elaborasi hendaknya dipadukan dengan model pembelajaran lainnya seperti kooperetif tipe STAD agar lebih efektif.
4. Jika pendekatan strategi elaborasi metode PQ4R ingin dikembangkan lebih jauh di sekolah, maka perlu mempertimbangkan jumlah siswa dan pengaturan tempat duduk, agar aktivitas guru dan siswa dapat lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994a. Garis-garis Program Pengajaran IPA. Dikdasmen. Depdikbud Jakarta.

_______.1995b. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Dikdasmen. Depdikbud. Jakarta.

_______. 2002a. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Direktorat SLTP. Ditjen Dikdasmen Depdinas. Jakarta.

_______. 2002b. kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Pengujian Berbasis Kemampuan Dasar SLTP Mata Pelajaran Sains (Modul III).Direktorat PLP. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

_______. Tanpa tahun. Keterampilan Proses (Modul G) Science Education Quality improvement Project (SEQIP). Direktorat TK dan SD. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarata.

Corebima, A.D. 2003. Pembelajaran Kontekstual. Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

Ibrahim, M. 2003a. Teori Belajar Kontruktivisme. Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

_________. 2003b. Asesmen Autentik. Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

_________. 2003c. Asesmen Alternatif. Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

_________. 2003d. Kerja Ilmiah: Observasi. Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

Puspitasari, R.P. 2003. Strategi-Strategi Belajar. Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

Sulistiyono, T. 2003. Modul Umum: Wawasan Kependidikan. Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar